Terlalu Menghiperbola, Andi Arief Diminta Mampu Beri Data dan Fakta

    0
    Cuitan Andi Arief di Akun Twitternya Senin, 7 Januari 2019

    Danum.id, Jakarta – Tudingan bahwa pemilu diwarnai keanehan yang sistematis, berimbas para gerakan people power akibat tidak percaya hasil pemilu, lalu melakukan boikot pemilu 2019, dinilai terlalu menghiperbola situasi.

    Hal ini diungkapkan salah satu pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing. Sebab menurutnya, situasi yang ada tidak seseram yang disebut-sebut, apalagi ungkapan keanehan sistematis.

    Pernyataan ini dilontarkan sebagai tanggapan pernyataan politisi Demokrat Andi Arief yang dicuitkan di akun twitternya @AndiArief. Sebab tudingan-tudingan terkait pemilu 2019 yang menyeramkan, menjadi komoditas ujaran kubu pasangan calon presiden nomor urut 02, yang salah satunya digemborkan oleh Andi Arief tersebut.

    “Gerakan People Power itu terjadi jika muncul ketidakpuasan terhadap rezim dan saya tidak melihat jumlah mayoritas masyarakat Indonesia yang bisa memungkinkan gelombang people power yang beliau maksud. Dalam hal ini, Andi Arief menghiperbola keadaan politik Indonesia saat ini yang sebenarnya telah berjalan baik dan terbuka.” terang Emrus, Selasa (8/1/2018).

    Karena sudah mengungkap tudingan di muka publik, Emrus pun meminta Andi tidak hanya asal bicara tetapi sebaliknya, mampu memberikan data dan fakta tentang keanehan  tersistematis  yang dimasudkannya itu.

    “Sebagai seorang akademisi yang memperhatikan cuitan itu, kembali saya meminta Andi Arief agar memberikan data dan fakta tentang keanehan tersistematis  yang beliau maksudkan. Jika benar- benar tidak ingin dicap oleh masyarakat sebagai penyebar Hoax,” cetusnya.

    Kata tersistematis, terang Emrus, adalah segala usaha untuk merumuskan sesuatu dalam hubungannya yang  logis sehingga membentuk satu sistem secara utuh, menyeluruh dan terpadu yang mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.

    Ia lalu menyarankan Andi Arief untuk lebih bijak ketika mengolah tata bahasa terlebih di ruang publik, pada akun media sosial yang dimiliki.

    Dr. Emrus Sihombing, pakar komunikasi UPH
    1. Emrus pun menilai pernyataan yang dilontarkan Andi tentang tudingannya terkait Pemilu 2019 justru menunjukkan kualitasnya sebagai seorang politisi yang bukan negarawan.

    Beber Emrus, politisi itu ada dua macam. Pertama, politisi politikus, yaitu orang yang perilaku politiknya pragmatis dan transaksional, menghalalkan berbagai cara memperoleh kekuasaan.

    Karena itu, apapun boleh jadi dilakukan untuk memenangkan kontestasi politik, termasuk membesar-besarkan persoalan dalam menyampaikan pesan komunikasi politik yang berpotensi menciptakan ketakutan di tengah masyarakat. Baginya seolah kekuasaan menjadi segalanya.

    Kedua, Politisi Negarawan, yaitu orang yang perilaku poltiknya berbasis pada ideologi yang kukuh untuk kesejahteraan rakyat. Baginya menang atau kalah dalam suatu kontestasi politik itu wajar. Bila menang ia bisa mewujudkan perjuangan ideologinya. Bila kalah, ia berperan  melakukan kontrol kepada kekuasaan.  (Mrz/red)