Danum.id, Palangka Raya – Wacana pemindahan ibukota semakin menjadi sorotan bagi para anggota dewan di Kalteng. Wakil Ketua DPRD Kalimantan Tengah (Kalteng), Heriansyah menyebut salah satu yang menjadi sorotan adalah dampak pemindahan ibukota baru ini dari segi lingkungan dan sosial budaya.
Dia mengingatkan semua elemen masyarakat agar tidak pernah lupa bahwa sejak dulu sampai sekarang Provinsi Kalteng dikenal sebagai paru-paru dunia, sehingga perlu diperhatikan bagaimana pemindahan ibu kota pemerintahan Indonesia ke wilayah ini tidak memberikan efek yang bisa mengotori ‘paru-paru’ tersebut.
“Sekarang pertanyaannya, apakah perpindahan ibu kota RI ke Kalteng bisa mempertahankan gelar paru-paru dunia itu. Jika memang bisa, ya silahkan saja. Tapi kalau tidak bisa, ya perlu dipikirkan ulang,” kata Heriansyah di Palangka Raya, Jumat (7/6/2019).
Politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) itu mengaku pernah membaca pernyataan salah seorang ahli gambut di media nasional, ibu kota Indonesia kurang layak dipindah di lahan bergambut seperti Kalteng.
Mantan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki Moon saja, lanjut Heriansyah, juga pernah menyatakan bahwa Kalteng adalah paru-paru dunia, dan satu-satunya provinsi yang masih mampu mempertahankan lingkungan, baik itu hutan maupun gambut, dibandingkan provinsi lain di Indonesia.
Karena itu menurutnya, perlu dikaji ulang secara serius dan komperehensif bagaimana dampak pemindahan ibukota ke wilayah Kalteng ini terhadap lingkungan.
“Kalau Provinsi Kalteng dijadikan ibu kota pemerintahan Indonesia, apakah gelar itu bisa dipertahankan. Ini yang perlu dikaji. Jangan sampai ekosistem dan lingkungan di Kalteng rusak hanya karena dijadikan ibu kota RI,” tandas Heriansyah.
Selain itu, permasalahan sosial budaya di Kalteng juga perlu diperhatikan dan dikaji dampak dari perpindahan ibu kota pemerintahan RI tersebut. Sebab, masyarakat dari berbagai suku, agama dan lainnya yang datang ke provinsi ini akan semakin banyak, dan itu dapat berdampak pada sosial budaya di Kalteng.
“Kalau masyarakat di Kalteng tidak siap dan kuat mempertahankan sosial budaya, saya memperkirakan akan tergerus dengan hadirnya orang-orang dari berbagai provinsi lain. Ini pun perlu dikaji,” tukas dia. (Ant/Afn/red)