Sebelum Sandi Datang, APK depan Masjid Sudah Dibersihkan Bawaslu

0
Penurunan APK Prabowo-Sandi yang dipasang di pagar Masjid Nurul Islam

Danum.id, Palangka Raya – Sejumlah Alat Peraga Kampanye (APK) dari pendukung Capres-Cawapres Prabowo-Sandi, pasangan calon nomor urut 02, yang dipasang di Masjid Nurul Islam Palangka Raya dibersihkan Bawaslu, Senin (4/2/2019). Bahkan penertiban itu, dilakukan sebelum Sandiaga Uno datang ke tempat tersebut.

Spanduk itu, bertuliskan Relawan PADI Kalteng dan PADI Sampit, menampilkan gambar Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, juga memuat foto relawan. Beberapa spanduk itu dipasang di pagar masjid yang terletak di Jalan A Yani itu.

Untuk diketahui, Sandiaga Uno memang hari ini di Palangka Raya, ada jadwal salat Dzuhur di Masjid yang terletak di seberang Pasar Besar ini. Sebelum menuju Masjid, usai mendarat di Bandara dia lebih dulu menyapa masyarakat dan sowan ke rumah tokoh A. DJ Nihin di Jalan Tumenggung Tandang, sebelum akhirnya menuju pengukuhan relawan.

Beberapa petugas Bawaslu tampak kordinasi dan memberi penjelasan sebelum melakukan penurunan APK tersebut. Pasalnya, sudah ada aturan jelas yang melarang tim sukses pasangan calon atau relawan memasang APK di kawasan tempat ibadah, sekolah, dan kantor pemerintahan.

“Pas saja tindakan (Bawaslu) itu, karena memang sudah ada aturan yang melarang. Sama tegasnya seperti penertiban APK di jalan-jalan dan bundaran kemarin itu juga. Masjid harus steril dari kampanye,” ungkap salah satu warga yang sempat melihat penurunan APK, Parman.

Muncul Atribut Ormas Dilarang, Picu Reaksi

Selain masalah pemasangan APK di masjid, kedatangan Sandiaga Uno ke Palangka Raya ini juga memicu polemik lainnya. Yaitu ketika beberapa ibu-ibu menggunakan topi yang bersimbol salah satu ormas yang notabene sudah dilarang pemerintah, diduga milik Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

kedatangan Sandi diwarnai munculnya simpatisan mengenakan simbol ormas yang dilarang pemerintah RI

Ini terekam lensa saat ibu-ibu tersebut menyambut Sandi ketika datang dan sowan ke rumah tokoh di Jalan Tumenggung Tandang, maupun saat penyambutan di Bandara.

“Kita sayangkan kalau memang ada pemakaian simbol ormas yang sudah dibubarkan itu. Terkhusus kepada warga NU Kalteng, dia tidak pantas mengklaim sebagai nahdliyin karena mendukung  pasangan yang dibelakangnya  adalah HTI,” kata Ketua PWNU Kalteng, Wahyudi F Dirun.

“Itu karena yang bersangkutan mengkhianati perjuangan NU akibat berkoalisi dengan komunitas yang jelas-jelas ingin membentuk negara khilafah di Indonesia dan dunia,” pungkasnya. (red)