Pengelolaan Limbah dan Pelibatan Masyarakat Jadi Titik Perhatian

0
Mahasiswa S3 Ilmu LIngkungan UPR saat PKL di PT KPC Kabupaten Kotawaringin Barat

Danum.id, Palangka Raya – Pengelolaan lingkungan dan dinamikanya menjadi perhatian tersendiri bagi Program Doktoral (S3) Ilmu Lingkungan Universitas Palangka Raya (UPR) saat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) 2018.

Program studi yang tergolong baru pertama di Kalteng ini, menekankan pentingnya pengelolaan limbah terutama Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan usaha perusahaan.

Hal ini menjadi perhatian 12 mahasiswa program doktoral angkatan II saat PKL dua hari di Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah. Dua pejabat UPR ikut terjun langsung mendampingi PKL pada Jumat-Sabtu (23-24/11/2018) tersebut. Selain Direktur Pasca Sarjana UPR, Prof Yetrie Ludang, juga hadir Ketua Program Studi Doktor Ilmu Lingkungan, Prof. Dr. Bambang S Lautt, M. Si.

Ada empat tempat yang dikunjungi, dua diantaranya adalah perusahaan swasta yaitu perkebunan besar swasta (PBS) PT Gunung Sejahtera Dua Indah (GSDI) dan Perusahaan Pertambangan PT Kapuas Prima Coal (KPC).

“Pengelolaan lingkungan menjadi hal yang penting dalam produksi dan dampaknya. Agar tidak merugikan lingkungan, tetapi seiring, artinya, ekonomi jalan, lingkungan diperhatikan, dan aspek sosial jalan sehingga pelibatan masyarakat sekitar juga menjadi penting,” ungkap Direktur Pasca Sarjana UPR, Prof Dr. Ir Yetrie Ludang, MP, Senin (26/11/2018).

Menyelesaikan problematika lingkungan, bisa disorot dari berbagai aspek kajian baik ekonomi, sosial, budaya, politik/kebijakan, hukum, agama, teknologi, dan lainnya. Karena itu, lanjut Yetrie, Prodi S3 Ilmu Lingkungan UPR membuka kelas multidisipliner selama tiga angkatan sejauh ini.

Saat berada PBS GSDI, Rawing Rambang, Kepala Dinas Perkebunan Kalteng yang juga hadir sebagai mahasiswa S3 yang sedang PKL, mengungkapkan pentingnya perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan produksi (mengejar aspek ekonomi), tetapi harus sembari memerhatikan aspek lingkungan.

Ia mengapresiasi PBS ini terkait capainnya yang cukup bagus, antara lain 3 kali meraih ‘Indonesia Green Award’, 6 kali proper hijau, pemerhati lingkungan 2014, 10 perusahaan peraih ISPO perdana, dan lainnya. “Sawit sedang diisukan jelek dari eropa, karena persaingan usaha, ini harus dibuktikan dengan kinerja lingkungan yang baik,” tuturnya.

Mahasiswa S3 saat PKL di Pabrik Kelapa Sawit PT GSDI Kobar

Mahasiswa lainnya, M Roziqin juga mengungkapkan permasalahan mengenai lingkungan saat diskusi di Perusahaan Pertambangan PT Kapuas Prima Coal.

Kebijakan pemerintah, ikut mempengaruhi pembangunan ekonomi hijau, baik di pertambangan maupun perkebunan dan lainnya. Menyelesaikan masalah, kata dia, harus mengetahui peta masalahnya.

“Kadang kala mengejar aspek ekonomisnya, tetapi tidak ramah lingkungan. Atau bisa jadi mengejar aspek lingkungannya, tetapi penerapan produksi hijau menelan biaya mahal. Ini selain karena aspek teknis, juga kadangkala akibat kebijakan pemerintah, sehingga perlu adanya perundangan yang komperehensif,” ucapnya. (red)