Danum.id, Palangka Raya – Paguyuban Kuda Lumping di Kota Palangka Raya ingin berkontribusi turut membangun kota berjuluk ‘Cantik’ ini dengan cara berbeda.
Cara yang dimaksud adalah dengan kontribusi seni budaya. Sejumlah aksi pagelaran seni menjadi andalan paguyuban, selain aksi-aksi sosial dan atraksi budaya.
“Kami sebagai warga, juga ingin berkontribusi. Cara kami membangun Kota Palangka Raya ini adalah melalui memajukan seni,” kata Suyatno, mewakili pengurus paguyuban kudalumping se-Kota Palangka Raya, Minggu (24/11/2019).
Ungkapan Suyatno disampaikan saat memberi sambutan di hadapan Walikota Palangka Raya, di sela pagelaran Kuda Lumping atau Jaranan yang diselenggarakan di Jalan Piranha Ujung, Kelurahan Bukit Tunggal.
Kegiatan tersebut dalam rangka ulang tahun ke-11 Paguyuban Kuda Lumping di kota ini. Satu buah tumpeng di tengah arena menandai hajatan ulang tahun. Ratusan warga pun memadati acara yang berakhir pukul 5 sore ini.

Selain Walikota Fairid Naparin, hadir Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Palangka Raya Albert Tombak, Lurah Bukit Tunggal Heri Pauzi, serta aparat Babinsa dan Bhabinkamtibmas.
Salah satu pengurus lainnya, Joko Santoso, yang juga ketua RT 05 RW 16 Bukit Tunggal, menegaskan kiranya paguyuban seni dinaungi dengan baik dan bersinergi dengan pemerintah daerah setempat.
“Tentu kami warga paguyuban berharap agar seni budaya Kuda Lumping bisa diperhatikan, bisa bersinergi dengan Pemko Palangka Raya, meramaikan suasana kota Cantik ini dengan hiburan yang benuansa seni,” kata Joko antusias.
Joko mengatakan, saat ini ada 26 kelompok seni Kuda Lumping se Kota Palangka Raya yang kesemuanya bernaung di paguyuban. Untuk melestarikan atau memertahankan seni budaya ini, mereka tampil di beberapa even tertentu secara bergiliran.
Cara itu dinilai sebagai cara atau bagian pembinaan. Dengan berkegiatan, mereka kelompok seni akan tetap ‘hidup’ memertahankan eksistensinya. Sayangnya, tidak ada tempat yang menentu untuk mereka.
“Karena itu, kami berharap Walikota memerhatikan dengan menyediakan tempat tertentu misalnya taman, sekedar untuk mereka manggung atau ngamen, untuk berkegiatan supaya mereka nyaman, yang nonton juga nyaman, syukur-syukur diagendakan periodik dan bergantian dengan seni budaya lainnya,” pungkas Joko. (Mrz)