Kepedulian Mengangkat Harkat dan Martabat Kaum Nelayan, Sumbangsih untuk Bangsa

0
Peresensi: Said Akhmad Fawzy

Resensi buku

KARYA ANAK NELAYAN; Sebuah Kepedulian Mengangkat Harkat dan Martabat Kaum Nelayan

Kalau hanya sekedar mendengar nama Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dengan ibu kota Palangka Raya, orang akan terkesan seolah Provinsi ini hanya memiliki hamparan lahan dan hutan yang luas tetapi tidak memiliki laut dan pesisir pantai. Padahal, potensi laut dan pesisirnya sangat menjanjikan karena mempunyai garis pantai yang membentang sepanjang kurang lebih 750 Kilometer (Km) berbatasan dengan laut jawa tentu dengan segala jenis ikan yang beragam dan melimpah.

Potensi yang sangat besar ini belum digarap dan dikelola secara maksimal bahkan hanya dipandang sebelah mata bila dibandingkan dengan pembangunan di sektor pertambangan, kehutanan, perkebunan serta di bidang infrastruktur lainnya. Baik dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat lokal setempat karena terbatasnya sumber daya manusia (SDM), modal, sarana dan prasarana.

Berbeda dengan program yang diarahkan untuk pembangunan matra laut dan pesisir seperti mengelola potensi perikanan tangkap, budi daya pertambakan, armada perkapalan dan pelabuhan pendaratan ikan bagi para nelayan, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Provinsi dan Kabupaten. Itu sangat minim sekali dan hal ini tentu saja membuat kehidupan para nelayan kian tertinggal atau termarginalisasi, membuat perkembangan lebih lambat untuk mencapai kemajuan.

Tidak banyak pemuda dan atau akademisi yang mencoba mengurai permasalahan ini, meskipun  di Kalteng ini sudah banyak terlahir para intelektual muda, pemikir, peneliti atau akademisi. Beruntungnya, ada sosok Sabian Usman. Ia merupakan akademisi sekaligus pemerhati kehidupan sosial masyarakat. Naluri dan jiwa nelayan-nya masih kental karena ia pernah  merasakan  di kehidupannya sendiri kala kecil hingga remaja, tidak asing hempasan badai dan gelombang laut yang kadang-kadang ganas menakutkan namun juga kadang-kadang sangat indah menggembirakan ada di sekitar dirinya. Sabian berupaya mengangkat harkat dan martabat kaum nelayan dan masyarakat pesisir dimana orang-orang lain kepekaannya kurang dan kepeduliannya terhadap komunitas tersebut minim. Orang-orang baru tersentak dan terkejut setelah benih-benih konflik yang terpendam bak bara dalam sekam yang kemudian menyala dan menyemburkan api kerusuhan yang membawa penderitaan kerugian harta, jiwa dan martabat kemanusiaan.

Dr. Drs. Sabian Utsman, SH, M.Si merupakan dosen Pascasarjana IAIN Palangka Raya dan juga mengajar di sejumlah Perguruan Tinggi lainnya. Ia sering diminta menjadi narasumber pada seminar, lokakarya, juga menjadi tenaga ahli pemerintahan. Di tengah kesibukan tersebut, didorong semangat pengabdian tinggi disamping naluri kecintaannya terhadap komunitas kaum nelayan dan masyarakat pesisir, Uning Bian-panggilan akrab Sabian Utsman- tetap produktif dengan menelurkan sebuah karya monumental yakni menulis sebuah buku dari hasil penelitian dan pendalamannya dari peristiwa konflik sosial yang berjudul “Anatomi Konflik dan Solidaritas Masyarakat Nelayan sebuah Penelitian Sosiologis” yang terbit tahun 2007 dengan tebal 274 halaman. Dari buku ini, dapat disimak untuk memahami bagaimana dan apa sebab serta dampak dari konflik yang berujung kerusuhan.

Melihat gambar cover depan serta judulnya saja kita dapat membayangkan betapa resah dan mencekamnya keadaan pada saat peristiwa kerusuhan itu terjadi. Sedangkan kita di Kalteng pernah merasakan peristiwa tragis dari kerusuhan itu, begitu juga di daerah lainnya di Indonesia yang semua membawa kerugian yang sangat besar baik jiwa, harta benda, fasilitas umum, dan lain sebagainya. Kalau di era orde baru setiap kejadian kerusuhan menurut keterangan Pangkopkantib waktu itu Laksamana Soedomo terjadinya setiap kerusuhan itu disebabkan oleh SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar golongan). Bila membuka pada halaman 137 Bab V sampai ke  halaman 175 Bab VI, akan mengetahui bagaimana benih-benih konflik tumbuh dan berkembang sampai bertiup menjadi isu-isu meresahkan dan menimbulkan anggapan pembiaran, ketidakpedulian sehingga terakumulasi ke dalam bentuk rasa ketidak adilan (injustice), ketidak percayaan (distrust) dan kesenjangan penghasilan.

Apa yang tertuang dalam buku “Anatomi Konflik & Solidaritas Masyarakat Nelayan” tulisan Sabian Utsman ini, sejalan dengan tulisan seorang pakar psikologi Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono dari Universitas Indonesia dalam sebuah rubrik harian Kompas tentang Lima Ide Berbahaya yang diangkat dari hasil research yang dilakukan oleh Eidelson bersaudara yaitu Roy I Eidelson dan Judi I Eidelson dari Universitas Pensylvania AS yang meneliti terjadinya konflik-konflik di dunia. Hasil research dua bersaudara tersebut dimuat dalam jurnal American Psycologist tahun 2003 vol 58 no. 3 halaman 182-192 yang artikelnya berjudul “Dangerous Ideas”.  Mereka berpendapat ada lima ide atau gagasan berbahaya atau kepercayaan yang berbahaya yang jika terjadi pada individu akan menyebabkan rasa tidak senang, tidak percaya diri, sampai gelisah dan gangguan neurosis, tetapi pada tingkat kelompok memicu kekerasan antar kelompok. Kelima gagasan itu adalah:

  1. Rasa paling super (superiority)
  2. Ketidak adilan (injustice)
  3. Kerentanan (vulnerability)
  4. Ketidak percayaan (distrust)
  5. Ketidak berdayaan (helplessness)

Sabian dalam bukunya menuliskan bahwa secara anatomi, konflik nelayan sepanjang kurun waktu 1975-1998 (konflik tertutup) dan tahun 1998-2002 (konflik terbuka), disebabkan ketidakjelasan kebijakan pemerintah terhadap pembangunan kemaritiman. Ketidaktepatan pengelolaan konflik inilah yang membuat terbangun raksasa emosi massa yang terakumulasi dalam bentuk solidaritas dan komunal atas dasar ketidakpercayaan (publik distrust) terhadap supremasi hukum, maka di luar pemikiran dan kebiasaan (masyarakat yang biasanya taat norma dan hukum) mereka melakukan amuk sebagai simbol hancurnya martabat peradilan (counten of court) dan sekaligus arus tensi pembangkangan sebagai wujud protes terhadap legitimasi kekerasan yang dilakukan oleh pihak yang semestinya wajib melindungi.

Kata orang bijak, buku adalah khazanah pengetahuan dan jendela dunia. Sebuah buku yang baik bahkan bisa mengubah hidup seseorang, merevolusi cara berpikir dan sikap mentalnya. Oleh karena itu buku “Anatomi Konflik & Solidaritas Masyarakat Nelayan” karya Sabian Utsman ini patut kita acungi jempol dan penghargaan atas sebuah upaya mengeliminir penyebab konflik, mengangkat harkat dan martabat masyarakat kecil juga sebagai sumbangsih bagi bangsa ini. Dari buku ini kita dapat belajar manajemen konflik, bagaimana dan apa penyebab konflik dan bagaimana pula kita harus berbuat untuk mengatasinya. Dengan buku ini paling tidak kita memiliki pegangan seandainya menghadapi situasi dan kondisi seperti yang pernah terjadi. Sebab, potensi konflik dimasa depan tetap ada karena bangsa kita yang majemuk. Karena itu, siapapun kita-saran saya- kiranya patut memiliki buku ini. Walaupun memang dari segi bahasa cukup berat karena banyak memakai bahasa ilmiah, tetapi masih mudah untuk dicerna. Tidak ada ruginyaa memiliki bacaan yang sangat berguna.

 

ANATOMI KONFLIK & SOLIDARITAS  MASYARAKAT NELAYAN  ‘Sebuah Penelitian Sosiologi

Penulis   : Sabian Utsman

Penerbit : Pustaka Pelajar

Terbit tahun 2007 tebal 274+xxiv

Resensi oleh: SAID AKHMAD FAWZY BACHSIN, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Palangka Raya