Anggota DPRD Kalteng: Optimal di Bantuan Saja, Banjir di Katingan Sulit Dicegah

0
Anggota DPRD Kalteng, Sriosako (net)

Danum.idPalangka Raya – Anggota DPRD Kalimantan Tengah (Kalteng), Sriosako menganggap banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Katingan sudah terjadi sejak dahulu dan sulit untuk dicegah.

Karena itu ia meminta pemerintah provinsi maupun kabupaten sebaiknya lebih baik fokus dan mengoptimalkan penanganan serta memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar tatkala bencana banjir datang, ketimbang melakukan pencegahan.

“Saya berani menyatakan itu, karena lahir di desa sekitar Tumbang Samba, Kabupaten Katingan. Jadi tahu persis bagaimana kondisi di sana. Masyarakat di sana pun sebenarnya sudah terbiasa dengan banjir tersebut,” kata Sriosako di Palangka Raya, Selasa (11/6/2019).

Sriosako juga bercerita, dahulu setiap rumah di sejumlah desa di Kabupaten Katingan memiliki perahu bermesin, sehingga ketika terjadi banjir maka aktivitas warga tidak terlalu mengalami kendala.

Namun, seiring berjalannya waktu dan mulai adanya jalan beraspal, tidak semua lagi masyarakat memiliki perahu bermesin dan menggantinya dengan kendaraan bermotor.

Ketiadaan perahu bermesin tersebutlah yang membuat masyarakat di sejumlah desa mulai kesusahan beraktivitas saat terjadi banjir. Perubahan sikap dan budaya sungai menjadi darat yang mengakibatkan tidak adaptifnya terhadap bencana tahunan itu.

Hal tersebutlah yang menurutnya berbicara kenapa pemerintah provinsi Kalteng maupun Kabupaten Katingan harus lebih mengoptimalkan pemberian bantuan dibandingkan melakukan pencegahan.

“Desa di Kabupaten Katingan memang kebanyakan berada di pinggir sungai. Jadi ketika air dari sungai meninggi, sejumlah desa mengalami kebanjiran. Tetapi, banjir itu biasanya tidak lama. Bisa satu satu dua hari kemudian kembali surut,” beber suami Wakil Walikota ini mencoba meyakinkan.

Salah satu faktor terjadinya banjir di Kabupaten Katingan menurut wakil rakyat Kalteng dari daerah pemilihan I meliputi Kota Palangka Raya, Kabupaten Katingan, dan Gunung Mas itu, diduga karena tingginya curah hujan di wilayah hulu.

Sehingga bisa disimpulkan, kata Sriosako, Kabupaten Katingan hanya terkena imbas dari tingginya curah hujan tersebut.

“Terjadinya pembukaan hutan untuk lahan perkebunan maupun perkebunan, sebenarnya tidak menjadi pemicu terjadinya banjir. Sebab, sejak dahulu kala hutan di sekitar Kabupaten Katingan masih terjaga, banjir tetap terjadi,” simpulnya.

“Itulah mengapa saya katakan, masyarakat di sana sudah terbiasa dengan yang namanya banjir,” pungkas politisi dari Fraksi Partai Demokrat itu. (Ant/Afn)