Tari Musikal ‘MAN DA U’ Segera Pentas di Rumah Adat Betang Hapakat, Barongsai Ikut Andil

0
pelaku seni yang terlibat pementasan Tari Musikal ‘MAN DA U’ saat audensi di kediaman Ketua DAD Kalteng, Agustiar Sabran

Danum.id, Palangka Raya – Pagelaran Tari Musikal berjudul ‘MAN DA U’ segera dipentaskan di rumah adat Betang Hapakat jalan RTA Milono Kota Palangka Raya dalam waktu dekat. Kepastian ini disampaikan salah satu pegiat seni Kalteng, Thoeseng TT Asang.

Karya ini mengangkat sejarah tentang budaya Suku Dayak yang memiliki hubungan dengan Suku Suku yang berasal dari Cina, yang mana lebih dulu ditelusuri dari literatur maupun penuturan sejumlah tokoh adat.

“Kami sudah menjelaskan terkait karya seni adat dayak ini saat  Ketua Umum Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng menerima audensi kami pada 12 Februari 2019 lalu, dan pagelaran itu sendiri akan dilangsungkan pada 1-3 Maret 2019 mendatang di Betang Hapakat,” tutur Thoeseng yang juga pengurus DAD kepada danum.id, Senin (18/2/2019).

Pada aktualisasinya nanti,  pengkaryaan gerakan-gerakan tari yang disajikan merupakan kombinasi antara tarian dan musik khas dayak dengan cina yang dikemas dalam bentuk seni pertunjuikan kekinian (modern) namun tidak meninggalkan budaya asli dayak.

Kenapa menggunakan judul ‘MAN DA U’ (huruf terpisah) ?  Surtadara Tari Musikal tersebut, Benny M. Tundan menjelaskan bahwa makna dalam judul tersebut bukan makna benda pusaka MANDAU senjata khas suku Dayak, tetapi lebih kepada spirit perjuangan.

“Jadi bukan makna fisik benda pusaka Mandau, tetapi kepada spirit perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat suku Dayak, serta memberi motivasi dengan MANDAU kita putuskan atau kita berantas kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan suku Dayak supaya hidup sejahtera menuju Kalteng Berkah sesuai visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalteng,” beber dia.

Libatkan Atraksi Barongsai

Ia juga bercerita, karya tersebut didedikasikan untuk mengangkat sejarah tentang budaya Suku Dayak yang memiliki hubungan dengan suku-suku yang berasal dari Cina. Karena hubungan sejarah ini, pagelaran akan melibatkan atraksi Barongsai sebagai kolaborasi budaya.

“Dari literature yang saya baca bahwa, zaman dulu (abad I) hampir semua bumi nusantara ini di huni oleh suku bangsa cina yang berimigrasi akibat bencana alam dan peperangan di wilayah Cina. dalam catatan sejarah, kalau tidak salah ada tujuh kali bangsa cina berimigrasi ke bumi nusantara,” ungkapnya.

Para penari dan pemusik mayoritas mahasiswa Program Studi Seni Pertunjukan (PSSP) Universitas Kristen Palangka Raya (UNKRIP) sekaligus praktek mata kuliah Dasar Dasar Seni Pertunjukan, Literatur Seni dan Managemen Seni Pertunjukan.

Sedangkan sanggar seni yang terlibat antara lain Sanggar Seni Antang Batuah, Sanggar Seni Marajaki, Sanggara Seni Riak Renteng, Sanggar Seni Betang Batarung, dan Sanggar Seni Igal Juwei.

Sementara itu Ketua DAD Kalteng, Agustiar Sabran mengatakan budaya merupakan asset bangsa dan daerah yang harus dijaga, dipelihara, dan dilestarikan. Karena itu tiap orang bisa mengaktulitaskan budaya dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Tentu saja budaya yang positif, sehingga dapat diterima oleh siapa saja. Budaya Suku Dayak ini sangat kaya dan dipengaruhi oleh budaya – budaya lain, contoh menurut legenda, tetek tatum, Sansana Bandar dan tulisan para ahli sejarah, bahwa budaya Suku Dayak dipengaruhi oleh budaya bangsa Cina,” katanya.

Sebagai bukti kongkrit, sambungnya, seperti Balanei/Balanga (Guci), piring malawen, sekarang menjadi barang antik. Bukti peninggalan sejarah tersebut menegaskan adanya pembauran budaya antara budaya Suku Dayak dengan Budaya Cina.

“Kita harus akui itu, sejarah budaya jangan di kaburkan kasian anak cucu kita. Budaya harus bisa di ejewantahkan dalam kegiatan sehari -hari melalui pelestarian kearifan lokal. Oleh sebab itu saya sangat mendukung dan memberikan apresiasi dengan kegiatan ini,” tutupnya. (red)