Danum.id, Palangka Raya – Perubahan teknologi begitu cepat. Revolusi teknologi ini praktis mengubah pola bermedia. Termasuk hadirnya platform media sosial (medsos) adalah dalam bagian ini.
Hal ini kata ahli komunikasi asal IAIN Palangka Raya, Hakim Syah, turut mengubah pola produksi, dan pola distribusi, dan pola konsumsi dalam hal informasi ini bila dibanding misalnya dengan dekade lalu yang mengandalkan cetak untuk main produksi.
“Pola produksi berbeda dan pola distribusi pun berbeda, karena menyesuaikan pola konsumsi baru,” ungkap Hakim, Kamis (27/12/2018).
Hal ini disampaikan Dosen Komunikasi IAIN Palangka Raya tersebut saat menjadi panelis dalam kegiatan Sarasehan Pegiat Media di Kalimantan Tengah (Kalteng) yang dihadiri jurnalis berbagai media cetak dan online serta pegiat media sosial Kota Palangka Raya.
Diskusi sehari bertema ‘Refleksi Peran Media Massa daam Membangun Persatuan dan Peradaban’ itu diinisiasi Dinas Komunikasi dan Informatika Persandian dan Statistik (Disominfosantik) Provinsi Kalteng.
Ia mendorong semua pihak terkait dan publik secara luas, untuk ikut bersama-sama berperan mengawasi media, karena persoalan informasi tidak bisa dibebankan kepada satu pihak saja.
“Ketika ada disinformasi, ini bermasalah, ini bahaya ketika ditangkap publim sebagai sesuatu yang benar. Karena itu terus dorong partisipasi publik, plus pentingnya edukasi kepada masyarakat luas,” ujarnya.
“Publik memiliki hak untuk mendapat informasi yang benar dan bermutu. Media memberikan informasi kepada publik, karena tiu negara harus berpihak kepada kepentingan publik dalam hal akses infrmasi tadi. Caranya ya dengan membuat regulasi, untuk menyortir berita yang tidak laik,” pungkas Hakim.
Baryen, salah satu Kepala Bidang pada Diskominfosantik Kalteng juga menuturkan pentingnya regulasi yang baik sekaligus pembinaan dari pemerintah agar informasi yang dikonsumsi masyarakat memang benar-benar layak.
Di era ‘new media’ saat ini, tutur Baryen, dengan mudahnya orang menjadi wartawan dan menulis warta yang diketahuinya dalam medsos dan disebarkan. Padahal belum tentu kebenarannya. “Medsos ini termasuk barang yang ngeri-ngeri sedap. Dengan mudahnya upload, karena ketidaktahuan dan sebab pola pikir,” cetusnya. (Mrz/red)