Danum.id, Palangka Raya – Maraknya komentar atas tindakan lempar botol air mineral oleh kepala daerah yang kebetulan menonton laga Kalteng Putra versus Persib di Palangka Raya, terutama di media sosial, perlu disikapi lebih kepada tujuan atau pesan yang ingin disampaikan.
Yaitu bentuk protes dari ketidakadilan pemimpin pertandingan atau wasit memperlakukan kedua kesebelasan. Bukan pada alat dan cara protes, sekali lagi lebih kepada tujuan atau pesan, serta kepada siapa pesan itu.
Demikian disampaikan Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Kalimantan Tengah (Kalteng), M Roziqin. Sebab banyak penilaian, terpaku pada cara protes dan media protes.
“Saya ingin mengajak untuk lebih melihat kepada tujuan. Fokus pada pesan yang ingin disampaikan. Sebab, dugaan Mafia Bola masih bermain, adalah inti pesan atau obyek protes dan ini yang harus dikawal agar benar-benar mendapat porsi perhatian khalayak,” ungkap Roziqin, Senin (4/11/2019).
Ia menandaskan, terlepas dari cara protes yang mengundang pro-kontra, publik Kalteng semestinya simpati dengan upaya itu. Sebab yang dilihat adalah membela “Kalteng-nya, Kalteng Putra-nya, yang seringkali mendapat perlaluan “keputusan buruk dan merugikan”.
Karena itu, ia salut dengan banyaknya ‘Kalteng Mania’ yang kompak “di belakang” Gubernur Kalteng yang telah spontanitas melayangkan protes tersebut, karena mewakili kegundahan hati suporter, keberatan pendukung Kalteng Putra.
“Kita dalam kacamata pandang membela ‘Kalteng Putra’ nya, tak usahlah pendekatan hukum dalam menilai benar-salahnya. Urusan cara protes dalam menilai wasit, mari publik serahkanlah pada Komdis yang lebih berhak menilai. Kita tunggu saja,”
Publik tahu, dalam pertandingan sebelumnya ketika Kalteng Putra menang, dimunculkan seakan ada Mafia Bola bekerja, lalu ada 9 orang diperiksa dengan tuduhan beragam. Tetapi ternyata tuduhan itu kemudian tidak terbukti. Giliran berikutnya, ada perlakuan yang tidak pas.
“Jika tidak dikritik, untuk kemudian dibenahi, kasihan SDM Persepakbolaan Indonesia,” imbuh Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Kalteng.
Ia tak menampik, ikut menyayangkan kejadian di arena sepak bola itu ditarik-tarik menjadi komoditas politik di Kalteng. Walaupun belum musimnya, rupanya pegiat politik sudah tak sabar mengincar momentum.
“Ini sih bukan melihat kacamata politik, sebab kalau melihat dari sisi ini, malah jadi sungguh ingin bertanya, dimana mereka politisi dan kader parpol yang katanya di belakang gubernur, kok ayem ayem saja,” pungkasnya. (*)