Danum.id, Palangka Raya – Kota Palangka Raya alami inflasi selama tipis September 2018 yaitu sebesar 0,02 persen. Sementara di Kota Sampit justru kebalikannya. Di kota tersebut terjadi deflasi sebesar 0,10 persen.
Empat faktor penyumbang tertinggi inflasi Palangka Raya adalah harga ikan patin, nila, baung, dan beras. Patin berandil 0,05 persen, Nila sumbang 0,04 persen, Baung 0,04 persen dan komoditas Beras andil 0,03 persen.
“Palangka Raya terjadi inflasi sebesar 0,02 persen atau mengalami kenaikan indeks harga dari 130,16 (Agustus 2018) menjadi 130,19 (September 2018),” terang Kepala BPS Kalteng, Hanif Yahya, Senin (1/10/2018).
“Sementara di Kota Sampit justru kebalikannya. Dikota ini terjadi deflasi sebesar 0,10 persen atau mengalami penurunan indeks harga dari 137,19 (Agustus 2018) menjadi 137,05 (September 2018),” sambungnya.
Empat tertinggi pemicu deflasi ini, Hanif menyebut Rokok Kretek Filter dengan andil 0,06 persen, Kacang Panjang 0,04 persen, Teh Manis 0,04 persen dan Beras 0,03 persen.
Dari 82 kota pantauan indeks harga konsumen (IHK) nasional, 16 kota mengalami inflasi dan 66 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bengkulu (0,59 persen) dan deflasi tertinggi di Pare-Pare (1,59 persen).
“Terjadi inflasi di Palangka Raya (0,02 persen) dan deflasi di Sampit (0,10 persen). Kedua kota tersebut menempati peringkat ke-15 dan ke-29 kota inflasi tertinggi di tingkat nasional,” bebernya. (red)