danum.id, Palangka Raya – Pengurangan angka kasus atau eliminasi malaria di Indonesia ditargetkan tercapai pada 2030 dan di Pulau Kalimantan ditargetkan mencapai eliminasi malaria pada 2027. Lembaga kesehatan dunia, World Health Organization atau WHO memberi kepercayaan kepada Lembaga Kesehatan NU untuk menjadi pendamping program eliminasi itu.
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Kalimantan Tengah (Kalteng), HM Wahyudi F Dirun mengapresiasi hal tersebut. Sebab kenapa? Menjadi mitra dari lembaga bereputasi baik level nasional terlebih internasional merupakan kebanggaan atau prestasi tersendiri.
“Ini prestasi LKNU dan untuk NU, karena bisa kerjasama dengan luar, dengan kementerian dan WHO. Maka dari itu kita beri spirit bagi LKNU, terus berkarya,” ungkapnya, saat memberi sambutan sebelum pelepasan sejumlah pertugas eliminasi malaria di Aula BKKBN Kalteng, Minggu (12/9/2021).
“Tidak salah pilih pak dokter Fitriyanto ini untuk menakhodai LKNU” kelakar Wahyudi melanjutkan.

Pada periode lalu, lanjutnya, kepengurusan LKNU sudah ada, tetapi belum terprogram signifikan karena ketersediaan SDM. Oleh karena itu di periode ini, diharapkan masalah SDM bisa pelan-pelan diperbaiki. Wahyudi kemudian mengamanhkan lembaga pengembangan SDM milik NU yaitu Lakpesdam agar memerhatikan problematika ini baik secara kuantitas maupun kualitas.
“LKNU adalah lembaga operasional dibawah PWNU, dan LKNU ini penting, karena PWNU ada program utama di periode saya yaitu pendirian RSNU,” pungkas Wahyudi.
Sementara itu Ketua LKNU Kalteng, dr. Fitriyanto Leksono mengatakan target pengurangan angka kasus atau eliminasi malaria di Indonesia menjadi perhatian WHO. Secara global, pada 2016 malaria menyebabkan kematian 445 ribu orang. karena itu perlu dieliminir.
Sampai tahun 2020 di Indonesia telah ada 318 kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria. di Pulau Kalimantan, terdapat 27 kabupaten/kota yang merupakan daerah endemis rendah.
“Terkait hal tersebut Kementerian Kesehatan didukung oleh WHO Indonesia, menyediakan lembaga pendamping di Kalimantan Barat (Kabupaten Sanggau, Sekadau, Sintang, dan Ketapang) dan Kalimantan Timur (Kabupaten Penajem Paser Utara, Paser, dan Kutai Barat) untuk mengakselerasi capaian eliminasi malaria di regional tersebut,” beber Fitriyanto.
Lalu kenapa petugas pendamping ini tidak untuk Kalteng? Ia mengatakan, jumlah kasus Malaria di Kalteng relative tidak banyak jika dibanding provinsi lain di Pulau Kalimantan. Karena itu, petugas yang dilatih ini oleh Kemenkes ditugaskan ke dua provinsi tetangga yang jadi sasaran.
“Tujuan pendampingan adalah untuk memfasilitasi strategi percepatan eliminasi malaria khususnya di daerah fokus sulit dalam rangka mempersiapkan verifikasi regional eliminasi malaria di Pulau Kalimantan. Adapun lembaga pendamping yang telah ditunjuk adalah Lembaga Kesehatan PWNU Kalteng. para petugas yang sudah dilatih ini akan bertugas 10 bulan, mulai 14 September 2021 hingga 15 Juli 2022,” tutup Fitriyanto.
Seperti diberitakan sebelumnya, pelepasan Tim Eliminasi Malaria kerjasama antara WHO dan LKNU Kalteng berlangsung di Aula BKKBN Kalteng Jl. Tjilik Riwut Km 3 Palangka Raya, Minggu siang. Hadir dalam pelepasan petugas itu Rais Syuriyah KH Chairuddin Halim, Katib Syuriyah KH Abdul Wahid Aha, Ketua Tanfidziyah HM. Wahyudi F Dirun, Ketua Lakpesdam PWNU, M. Mukhlas Roziqin.
Sedangkan dari pihak LKNU Kalteng antara lain Ketua LKNU dr. Fitriyanto Leksono, sekretaris LKNU Banun Rohimah, Wakil Ketua Rita Juliawati dan Rustam Efendy, Wakil Sekretaris Eman Prasetyo, serta Bendahara LKNU Djuwiyanto. (red)












