Danum.id, Pulang Pisau – Sejumlah pihak tak henti-henti dan terus getol mengkampanyekan bahaya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Baik kepada orang dewasa maupun pelajar dan anak-anak melalui sejumlah pelatihan.
Salah satu metode yang diujicobakan, adalah melalui media dongeng kepada anak-anak. Harapannya, menanamkan tindakan membakar adalah hal yang tidak boleh, yang diharapkan menancap sampai kelak dewasa. Lalu kenapa dengan dongeng?
Pendiri ‘Ayo Dongeng Indonesia’ sekaligus Pendongeng Internasional, Ariyo Faridh Zidni mengatakan, Dongeng bisa jadi sarana efektif karena sejumlah hal. Menurutnya, Mendongeng bisa memasukkan ide tanpa dirasa oleh pendengar.
“Mendongeng adalah metode mengatakan tanpa mengatakan. Kita bisa menyampaikan banyak hal ke anak melalui cerita, tapi anak tidak akan merasa digurui,” terang Kak Aio, sapaan akrab Ariyo, Sabtu (8/9/2018).
“Karena mendongeng, dengan adanya cerita, itu membuat pesannya jadi tetap didengar tetapi menyenangkan,” tandasnya lebih lanjut.
Ariyo, Pelatih Cerita Anak Internasional ini dihadirkan untuk kegiatan pelatihan untuk pelatih (ToT) sejumlah guru di Rumah Bambu, Desa Buntoi, Pulang Pisau sejak Kamis (6/9/2018) lalu.
Multipihak terlibat dalam kegiatan itu antara lain dari UNESCO, lembaga yang membidangi pendidikan, pengetahuan dan budaya di PBB, Malaysia, dan sejumlah peneliti lingkungan dari CIMTROP dan Universitas Palangka Raya (UPR).
Partisipan yang hadir dalam kegiatan ini antara lain Guru SDN Desa Mengkatip, Kecamatan Dusun Hilir, Guru SDN Kelurahan Buntok, Kecamatan Dusun Selatan, Pengawas Perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Barsel, Guru SDN Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Guru SDN Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir Pengawas Perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Pulpis.
Selama dua hari, Kamis-Jumat (6-7/9/2018) berkegiatan di Pusat Sarana Komunikasi Iklim (PSKI) di Desa Buntoi, Pulang Pisau, melibatkan guru, pengawas, Masyarakat Peduli Api (MPA), dan warga desa.
“Tujuannya guna melatih para pelatih yang bisa mengerti tentang ekosistim gambut dan esensi menjaga lingkungan hidup. Ini untuk menggerakkan kesadaran betapa dampak kebakaran hutan dan lahan itu merusak banyak hal, berdampak ke lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan aspek lain sehingga perlu dicegah,” terang Kurniawan Eko Susetyo, konsultan Karhutla project HAZE-UNESCO. (red)