Danum.id, Palangka Raya – Dengan sentuhan teknologi, komoditas rotan diyakini semakin menjanjikan. Hal ini perlu digalakkan, sebab jika tidak, melimpahnya bahan mentah di daerah tidak akan berkontribusi signifikan.
Di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), rotan merupakan hasil alam yang cukup melimpah, bahkan komoditas ini sempat menjadi primadona usaha masyarakat selain karet dan kayu. Namun, sekarang ini komoditas rotan meredup, selain karena kebijakan pemerintah yang melarang ekspor rotan setengah jadi, salah satunya juga dipengaruhi oleh komoditas kelapa sawit.
Demikian ditekankan Anggota DPRD Kalteng Duwel Rawing di gedung dewan, Rabu (9/1/2019). Menurutnya, rotan Kalteng bisa menjadi sebuah komoditas yang menjanjikan, jika dapat dikelola secara maksimal dan didukung penuh oleh pemerintah.
“Karena hampir semua wilayah di Kalteng memiliki rotan, hanya saja sekarang ini kurang begitu dilirik masyarakat, karena selain harganya yang masih fluktuatif, produk ini masih belum begitu maksimal dengan sentuhan teknologi. Selama ini komoditi rotan hanya dijadikan bahan meubeler,” tukasnya.

Tak jarang lahan masyarakat yang sebelumnya difokuskan untuk pengembangan kebun rotan, malah berubah fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.
Padahal komoditas itu, kata Legislator dari Fraksi PDI Perjuangan ini, Rotan akan menjanjikan jika mendapat dukungan dari pemerintah baik segi kemasan, pasca produksi, pemasaran, dan promosi melalui acara-acara baik dalam maupun luar daerah.
Dengan sentuhan teknologi, bisa saja rotan ini untuk pengganti plastik. Terlebih saat ini pemerintah berencana akan menerapkan plastik berbayar. Di samping itu, rotan juga bisa menjadi bahan mesiu.
“Selama ini kan untuk mesiu saja kita masih impor, sementara bahannya dari tempat kita sendiri seperti dari rotan ini yang bisa diolah. Syaratnya tadi, perlu sentuhan teknologi. Nantinya agar masyarakat itu sendiri yang berinovasi dalam rangka mengembangkan produknya,” jelas mantan Bupati Katingan dua periode ini.
Duwel ikut menyayangkan sekarang ini tanaman rotan banyak yang dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan dan sebagainya. Hal itu sebagai dampak harga rotan yang sekarang ini tidak menggairahkan masyarakat. Akhirnya masyarakat mengambil jalan pintas dengan beralih ke bidang perkebunan lainnya seperti karet dan kelapa sawit.(Mrz/Red)
















