Pembahasan Ibukota Semakin Intens, Gubernur Kalteng Dihadirkan ke Istana

0
Kepala Bappenas Bambang PS saat memberikan gambaran terkait rencana pemindahan Ibukota, Senin (6/5/2019) pagi (ist)

Danum.id, Jakarta – Pembahasan perpindahan ibukota negara dari Jakarta semakin intens, tidak hanya sebatas isu tetapi terus dimatangkan. Saat ini kembali Gubernur Kalimantan Tengah  (Kalteng) Sugianto Sabran diundang hadir ke Jakarta.

Pembahasan berlangsung di istana negara Jakarta, Senin (6/5/2019) pagi. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang PS Brodjonegoro memimpin langsung pertemuan yang digelar terbuka untuk kalangan wartawan tersebut.

Secara garis besar, Bambang dalam paparan singkatnya tadi pagi menjelaskan latar belakang pemindahan. Ia mengatakan, pemindahan Ibukota merupakan keniscayaan. Sebab beban Jakarta semakin berat, diantaranya karena soal kesenjangan ekonomi, jumlah penduduk, dan pemerataan pembangunan.

Isu pemindahan yang dibahas dalam rapat terbatas Minggu lalu, terang Bambang, lebih karena lima tahun ke depan pada Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 salah satu fokus yang ditekankan adalah hubungan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa.

“Karena kita bisa melihat dari kontribusi ekonomi, besarnya PDB/PDRD di Jawa itu mencapai 58% dari total PDB Indonesia. Bersama Sumatera 22%, berarti gabungan Jawa, Sumatera, dan Bali itu menyumbang 80% ekonomi Indonesia,” jelas Bambang.

“Artinya, wilayah lain di luar tiga pulau ini hanya berkontrubusi 20%.  Jadi kesenjangan dari segi ekonomi cukup besar, ditambah lagi 57% penduduk Indonesia itu ada di Pulau Jawa,” sambungnya.

Dengan demikian, tegas Bambang, dalam lima tahun ke depan perlu membuat berbagai kebijakan untuk mengurangi kesenjangan Jawa dan Luar Jawa.

Pada saat yang sama, urbanisasi sudah menjadi keniscayaan di berbagai wilayah di Indonesia. Di mana pada hari ini lebih dari 50% tinggal di daerah perkotan dan akan lebih besar lagi.

“Prediksi kami 2045 73% penduduk Indonesia tinggal di Perkotaan. Artinya pembangunan perkotaan ini menjadi perhatian kami untuk lima tahun ke depan khususnya pembangunan kota metropolitan.

Di Indonesia sekarang saja, lanjutnya, perbedaan Jakarta dengan kota kota lain itu sangat jauh. Jakarta dengan penduduk terbesar 10,3 juta jauh sekali dengan nomor dua yaitu Surabaya dengan jumlah penduduk hanya 3 juta-an.

Yang menarik, dari 10 kota terbesar di Indonesia, lima dari 10 itu ada di wilayah Jabodetabek. Yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi. Jadi memang kesenjangan bukan hanya antara Jawa dan Luar Jawa, bahkan antara Jakarta sekitarnya dengan wilayah lain juga sangat tajam.

“Kita ingin kembangkan wilayah metropolitan selain Jakarta. Tetapi Jakarta tetap akan dikembangkan artinya masalah transportasi masalah banjir tetap jadi perhatian, tetapi juga mengembangkan wilayah metropolitan lainnya,” sebut dia. (MRZ/red)